Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan sahabatnya.
Anda
telah berkeluarga? Bagaimana pengalaman Anda selama mengarungi bahtera
rumah tangga? Semulus dan seindah yang Anda bayangkan dahulu?
Mungkin saja Anda menjawab, “Tidak.”
Akan tetapi, izinkan saya berbeda dengan Anda, “Ya,” bahkan lebih indah daripada yang saya bayangkan sebelumnya.
Saudaraku,
kehidupan rumah tangga memang penuh dengan dinamika, lika-liku, dan
pasang surut. Kadang Anda senang, dan kadang Anda bersedih. Tidak
jarang, Anda tersenyum di hadapan pasangan Anda, dan kadang kala Anda
cemberut dan bermasam muka.
Bukankah demikian, Saudaraku?
Berbagai
tantangan dan tanggung jawab dalam rumah tangga senantiasa menghiasi
hari-hari Anda. Semakin lama umur pernikahan Anda, maka semakin berat
dan bertambah banyak perjuangan yang harus Anda tunaikan.
Tanggung jawab terhadap putra-putri, pekerjaan, karib kerabat, masyarakat, dan lain sebagainya.
Di antara tanggung jawab yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan Anda ialah tanggung jawab terhadap pasangan hidup Anda.
Sebelum
menikah, sah-sah saja Anda sebagai calon suami membayangkan bahwa
pasangan hidup Anda cantik rupawan, bangsawan, kaya raya, patuh, pandai
mengurus rumah, penyayang, tanggap, sabar, dan berbagai gambaran indah.
Bukankah demikian, Saudaraku?
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Biasanya,
seorang wanita dinikahi karena empat pertimbangan: harta kekayaannya,
kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka, hendaknya engkau lebih
memilih wanita yang beragama, niscaya engkau beruntung.” (Muttafaqun
‘alaihi)
Al-Qurthubi menjelaskan makna hadits ini dengan berkata,
“Empat pertimbangan inilah yang biasanya mendorong seorang lelaki untuk
menikahi seorang wanita. Dengan demikian, hadits ini sebatas kabar
tentang fakta yang terjadi di masyarakat, dan bukan perintah untuk
menjadikannya sebagai pertimbangan. Secara tekstual pun, hadits ini
menunjukkan bahwa dibolehkan menikahi seorang wanita dengan keempat
pertimbangan itu. Akan tetapi, hendaknya pertimbangan agama lebih
didahulukan.”
Keterangan al-Qurthubi ini semakna dengan hadits
yang diriwayatkan oleh shahabat Abdullah bin Amr al-’Ash radhiyallahu
‘anhu, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ
تَزَوَّجُوا النِّسَاءَ لِحُسْنِهِنَّ فَعَسَى حُسْنُهُنَّ أَنْ
يُرْدِيَهُنَّ وَلاَ تَزَوَّجُوهُنَّ لِأَمْوَالِهِنَّ فَعَسَى
أَمْوَالُهُنَّ أَنْ تُطْغِيَهُنَّ وَلَكِنْ تَزَوَّجُوهُنَّ عَلَى
الدِّينِ وَلَأَمَةٌ خَرْمَاءُ سَوْدَاءُ ذَاتُ دِينٍ أَفْضَلُ
‘Janganlah engkau menikahi wanita hanya karena kecantikan parasnya, karena bisa saja parasnya yang cantik menjadikannya sengsara. Jangan pula engkau menikahinya karena harta kekayaannya, karena bisa saja harta kekayaan yang ia miliki menjadikan lupa daratan. Akan tetapi, hendaklah engkau menikahinya karena pertimbangan agamanya. Sungguh, seorang budak wanita berhidung pesek dan berkulit hitam, tetapi ia patuh beragama, lebih utama dibanding mereka semua.’” (Hr. Ibnu Majah; oleh al-Albani dinyatakan sebagai hadits yang lemah)
Akan tetapi, sekarang, setelah Anda menikah, terwujudkah seluruh impian dan gambaran yang dahulu terlukis dalam lamunan Anda?
Bila
benar-benar seluruh impian Anda terwujud pada pasangan hidup Anda, maka
saya turut mengucapkan selamat berbahagia di dunia dan akhirat. Bila
tidak, maka tidak perlu berkecil hati atau kecewa.
Saudaraku,
besarkan hati Anda, karena nasib serupa tidak hanya menimpa Anda
seorang, tetapi juga menimpa kebanyakan umat manusia.
عَنْ أَبِى مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَمُلَ مِنَ الرِّجَالِ كَثِيرٌ، وَلَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّسَاءِ إِلاَّ آسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ، وَمَرْيَمُ بِنْتُ عِمْرَانَ، وَإِنَّ فَضْلَ عَائِشَةَ عَلَى النِّسَاءِ كَفَضْلِ الثَّرِيدِ عَلَى سَائِرِ الطَّعَامِ
Abu Musa radhiyallahu ‘anhu menuturkan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Banyak lelaki yang
berhasil menggapai kesempurnaan, sedangkan tidaklah ada dari wanita
yang berhasil menggapainya kecuali Asiyah istri Fir’aun dan Maryam binti
Imran. Sesungguhnya, kelebihan Aisyah dibanding wanita lainnya bagaikan
kelebihan bubur daging [1] dibanding makanan lainnya.” (Muttafaqun
‘alaihi)
Saudaraku, berbahagia dan berbanggalah dengan pasangan hidup Anda, karena pasangan hidup Anda adalah wanita terbaik untuk Anda!
Anda
tidak percaya? Silakan Anda membuktikannya. Bacalah sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini, lalu terapkanlah pada istri
Anda.
لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
“Tidak
pantas bagi lelaki yang beriman untuk meremehkan wanita yang beriman.
Bila ia tidak menyukai satu perangai darinya, pasti ia puas dengan
perangainya yang lain.” (Hr. Muslim)
Saudaraku, Anda kecewa
karena istri Anda kurang pandai memasak? Tidak perlu khawatir, karena
ternyata istri Anda adalah penyayang.
Anda kurang puas dengan
istri Anda yang kurang pandai mengurus rumah dan kurang sabar? Tidak
usah berkecil hati, karena ia begitu cantik rupawan.
Anda
berkecil hati karena istri Anda kurang cantik? Segera besarkan hati
Anda, karena ternyata istri Anda subur sehingga Anda mendapatkan karunia
keturunan yang shalih dan shalihah. Coba Anda bayangkan, betapa besar
penderitaan Anda bila Anda menikahi wanita cantik akan tetapi mandul.
Demikianlah seterusnya.
Tidak
etis dan tidak manusiawi bila Anda hanya pandai mengorek kekurangan
istri, namun Anda tidak mahir dalam menemukan kelebihan-kelebihannya.
Buktikan Saudaraku, bahwa Anda benar-benar seorang suami yang berjiwa
besar, sehingga Anda peka dan lihai dalam membaca kelebihan pasangan
Anda.
Dahulu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu peka dan
mahir dalam membaca segala hal, termasuk suasana hati istrinya. Aisyah
mengisahkan,
قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنِّي لَأَعْلَمُ إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً، وَإِذَا كُنْتِ عَلَيَّ غَضْبَى . قَالَتْ: فَقُلْتُ مِنْ أَيْنَ تَعْرِفُ ذَلِكَ، فَقَالَ: أَمَّا إِذَا كُنْتِ عَنِّي رَاضِيَةً فَإِنَّكِ تَقُولِيْنَ لاَ وَرَبِّ مُحَمَّدٍ، وَإِذَا كُنْتِ غَضْبَى قُلْتِ لاَ وَرَبِّ إِبْرَاهِيمَ. قَالَتْ: قُلْتُ أَجَلْ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا أَهْجُرُ إِلاَّ اسْمَكَ
“Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda kepadaku, ‘Sungguh, aku mengetahui bila
engkau ridha kepadaku, demikian pula bila engkau sedang marah kepadaku.’
Spontan, Aisyah bertanya, ‘Darimana engkau dapat mengetahui hal itu?’
Rasulullah menjawab, ‘Bila engkau sedang ridha kepadaku, maka ketika
engkau bersumpah, engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Muhammad. Adapun
bila engkau sedang dirundung amarah, maka ketika engkau bersumpah,
engkau berkata, ‘Tidak, demi Tuhan Ibrahim.’’ Mendengar penjelasan ini,
Aisyah menimpalinya dan berkata, ‘Benar, sungguh demi Allah, wahai
Rasulullah, ketika aku marah, tiada yang aku tinggalkan, kecuali namamu
saja.’” (Muttafaqun ‘alaihi)
Demikianlah teladan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Beliau begitu peka dengan suasana hati istrinya,
sehingga beliau bisa membaca isi hati istrinya dari ucapan sumpahnya.
Walaupun Aisyah berusaha untuk menyembunyikan isi hatinya, tetap
bermanis muka, senantiasa berada di sanding Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan berbicara seperti biasa, namun Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam dapat menebak suasana hatinya dari perubahan cara
bersumpahnya. Luar biasa, perhatian, kejelian, dan kepekaan yang tidak
ada bandingnya.
Tidak mengherankan, bila beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
(خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
“Orang
terbaik di antara kalian ialah orang yang terbaik dalam memperlakukan
istrinya, dan aku adalah orang terbaik di antara kalian dalam
memperlakukan istriku.” (Hr. At-Tirmidzi)
Bagaimana dengan Anda, Saudaraku? Dengan apa Anda dapat mengenali dan meraba suasana hati pasangan Anda?
Saudaraku,
tidak ada salahnya bila sejenak Anda kembali memutar lamunan dan
gambaran tentang istri ideal dan idaman yang pernah singgah dalam benak
Anda. Selanjutnya, bandingkan gambaran istri idaman Anda dengan gambaran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kaum wanita berikut
ini,
الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ ، إِنْ أَقَمْتَهَا كَسَرْتَهَا، وَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ
“Wanita
itu bagaikan tulang rusuk. Bila engkau ingin meluruskannya, niscaya
engkau menjadikannya patah, dan bila engkau bersenang-senang dengannya,
niscaya engkau dapat bersenang-senang dengannya, sedangkan ia adalah
bengkok.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Pada riwayat lain, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَسْتَقِيمُ لَكَ الْمَرْأَةُ عَلَى خَلِيقَةٍ وَاحِدَةٍ وَإِنَّمَا هِيَ كَالضِّلَعُ إِنْ تُقِمْهَا تَكْسِرْهَا وَإِنْ تَتْرُكْهَا تَسْتَمْتِعْ بِهَا وَفِيهَا عِوَجٌ
“Tidak mungkin istrimu kuasa bertahan dalam
satu keadaan. Sesungguhnya, wanita itu bak tulang rusuk. Bila engkau
ingin meluruskannya, niscaya engkau menjadikannya patah. Adapun bila
engkau biarkan begitu saja, maka engkau dapat bersenang-senang
dengannya, (tetapi hendaklah engkau ingat) ia adalah bengkok.” (Hr.
Ahmad)
Nah, sekarang, silakan Anda mengorek memori Anda tentang
wanita pendamping hidup Anda. Temukan berbagai kelebihan padanya, dan
selanjutnya tersenyumlah, karena ternyata istri Anda memiliki banyak
kelebihan.
Lalu, bila pada suatu hari Anda merasa tergoda oleh
kecantikan wanita lain, maka ketahuilah bahwa sesuatu yang dimiliki oleh
wanita itu ternyata juga telah dimiliki oleh istri Anda. Maka,
bergegaslah untuk membuktikan hal ini pada istri Anda. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا رَأَى أَحَدُكُمُ امْرَأَةً فَأَعْجَبَتْهُ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ فَإِنَّ مَعَهَا مِثْلَ الَّذِي مَعَهَا
“Bila
engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka segeralah
datangi istrimu! Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal yang
dimiliki oleh wanita yang engkau lihat itu.” (Hr. At-Tirmidzi)
Demikianlah
caranya agar Anda dapat senantiasa puas dan bangga dengan pasangan
hidup Anda. Anda selalu dapat merasa bahwa ladang Anda tampak hijau,
sehijau ladang tetangga, dan bahkan lebih hijau.
Selamat
berbahagia dengan pasangan hidup yang telah Allah karuniakan kepada
Anda. Semoga Allah memberkahi bahtera rumah tangga Anda.
Sebaliknya,
sebagai calon istri, Anda juga berhak untuk mendambakan pasangan hidup
yang tampan, gagah, kaya raya, pandai, berkedudukan tinggi, penuh
perhatian, setia, penyantun, dermawan, dan lain sebagainya.
Betapa
indahnya gambaran rumah tangga Anda, dan betapa istimewanya pasangan
hidup Anda, andai gambaran Anda ini dapat terwujud. Bukankah demikian,
Saudariku?
Saudariku, setelah Anda menikah, benarkah seluruh
kriteria suami ideal yang pernah menghiasi lamunan Anda ini terwujud
pada pasangan hidup Anda?
Bila benar terwujud, maka saya ucapkan selamat berbahagia di dunia dan akhirat, dan bila tidak, maka tidak perlu berkecil hati.
Besarkan hatimu, wahai Saudariku! Percayalah, bahwa pada pasangan hidup Anda ternyata terdapat banyak kelebihan.
Bila
selama ini, Saudari ciut hati karena suami Anda miskin harta, maka
tidak perlu khawatir, karena ia penuh dengan perhatian dan tanggung
jawab.
Bila selama ini, Saudari kecewa karena suami Anda ternyata kurang tampan, maka percayalah bahwa ia setia dan bertanggung jawab.
Andai
selama ini, Saudari kurang puas karena suami Anda kurang perhatian
dengan urusan dalam rumah, tetapi ia begitu membanggakan dalam urusan
luar rumah.
Juga, andai selama ini, sikap suami Anda terhadap
Anda kurang simpatik, maka tidak perlu hanyut dalam duka dan kekecawaan,
karena ia masih punya jasa baik yang tidak ternilai dengan harta.
Ternyata, selama ini, suami Anda telah menjaga kehormatan Anda, menjadi
penyebab Anda merasakan kebahagiaan menimang putra-putri Anda.
Saudariku,
Anda tidak perlu hanyut dalam kekecewaan karena suatu hal yang ada pada
diri suami Anda. Betapa banyak kelebihan-kelebihan yang ada padanya.
Berbahagia dan nikmatilah kedamaian hidup rumah tangga bersamanya.
Berlarut-larut
dalam kekecewaan terhadap suatu perangai suami Anda dapat menghancurkan
segala keindahan dalam rumah tangga Anda. Bukan hanya hancur di dunia,
bahkan berkelanjutan hingga di akhirat kelak.
Saudariku, simaklah
peringatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini. Agar anda
dapat menjadikan bahtera rumah tangga Anda seindah dambaan Anda.
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ، قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
“Aku
diberi kesempatan untuk menengok ke dalam neraka, dan ternyata
kebanyakan penghuninya ialah para wanita, akibat ulah mereka yang selalu
kufur/ingkar.” Spontan, para shahabat bertanya, “Apakah yang engkau
maksud adalah mereka kufur/ingkar kepada Allah?” Beliau menjawab,
“Mereka terbiasa ingkar terhadap perilaku baik, dan ingkar terhadap jasa
baik. Andai engkau berbuat baik kepada mereka seumur hidupmu, lalu ia
mendapatkan suatu hal padamu, niscaya mereka begitu mudah berkata, ‘Aku
tidak pernah mendapatkan kebaikan sedikit pun darimu.’” (Muttafaqun
‘alaihi)
Anda mendambakan kebahagian dalam rumah tangga?
Temukanlah
bahwa kebahagian hidup dan berumah tangga terletak pada genggaman
tangan suami Anda. Pandai-pandailah membawa diri, sehingga suami Anda
rela membentangkan kedua telapak tangannya, dan memberikan kebahagian
berumah tangga kepada Anda.
Percayalah Saudariku, suami Anda adalah pasangan terbaik untuk Anda.
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا اُدْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
“Bila seorang istri telah mendirikan
shalat lima waktu, berpuasa bulan Ramadan, menjaga kesucian dirinya, dan
taat kepada suaminya, niscaya kelak akan dikatakan kepadanya, ‘Silakan
engkau masuk ke surga dari pintu mana pun yang engkau suka.’” (Hr. Ahmad
dan lainnya)
Tidakkah Anda mendambakan termasuk orang-orang mukminah yang mendapatkan kebebasan masuk surga dari pintu yang mana pun?
Kunci Keberhasilan Rumah Tangga
Saudaraku,
mungkin selama ini Anda bersama pasangan hidup Anda, terus berusaha
mencari pola rumah tangga yang dapat mendatangkan kebahagiaan untuk Anda
berdua.
Anda berhasil menemukannya?
Bila Anda berhasil,
maka saya ucapkan selamat berbahagia. Adapun bila belum, maka segera
temukan kunci keberhasilan rumah tangga Anda pada firman Allah berikut,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
“Dan
para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut
cara yang ma’ruf. Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu
tingkat daripada istrinya.” (Qs. al-Baqarah: 228)
Hak pasangan
Anda setimpal dengan kewajiban yang ia tunaikan kepada Anda. Semakin
banyak Anda menuntut hak Anda, maka semakin banyak pula kewajiban yang
harus Anda tunaikan untuknya.
Shahabat Abdullah bin ‘Abbas
memberikan contoh nyata dari aplikasi ayat ini dalam rumah tangganya.
Pada suatu hari, beliau berkata, “Sesungguhnya, aku senang untuk
berdandan demi istriku, sebagaimana aku pun senang bila istriku
berdandan demiku, karena Allah Ta’ala telah berfirman,
وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ
‘Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.’
Aku pun tidak ingin menuntut seluruh hakku atas istriku, karena Allah juga telah berfirman,
وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ
‘Akan tetapi, para suami mempunyai kelebihan satu tingkat daripada istrinya.’” (Hr. Ibnu Abi Syaibah dan ath-Thabari)
Bagaimana
dengan dirimu, wahai saudara dan saudariku? Kapankah Anda berdandan?
Ketika sedang berada di rumah atau ketika hendak keluar rumah? Selama
ini, sejatinya, untuk siapa Anda berdandan? Benarkah Anda berdandan
untuk pasangan Anda, ataukah Anda berdandan dan tampil menawan untuk
orang lain?
Saudaraku, bahu-membahu, saling melengkapi
kekurangan, dan saling pengertian adalah salah satu prinsip dasar dalam
membangun rumah tangga. Tidak layak bagi Anda untuk berperan sebagai
penonton setia ketika pasangan Anda sedang mengerjakan pekerjaannya.
Usahakan sebisa Anda untuk turut menyelesaikan pekerjaannya.
Demikianlah, dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
mencontohkan dalam rumah tangga beliau.
Aisyah radhiyallahu ‘anha mengisahkan,
كَانَ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الأَذَانَ خَرَجَ
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan sebagian pekerjaan istrinya, dan bila beliau mendengar suara azan dikumandangkan, maka beliau bergegas menuju ke mesjid.” (Hr. Bukhari)
Constance Gager,
ketua studi sekaligus asisten profesor di Montclair State University,
Montclair, New Jersey, mengadakan penelitian tentang hubungan perilaku
suami-istri dengan keromantisan dalam bercinta. Ia mengelompokkan para
suami yang menjadi objek penelitiannya ke dalam dua kelompok.
Kelompok
pertama adalah suami-suami yang tidak peduli dan jarang membantu
pekerjaan istri. Kelompok kedua adalah suami-suami yang sering turut
serta dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga istri.
Hasilnya
luar biasa! Suami di kelompok kedua, yaitu yang sering membantu
pekerjaan istrinya, terbukti lebih romantis dan lebih sering memadu
cinta dengan pasangannya. Hubungan yang harmonis dan indah, begitu
kental dalam rumah tangga mereka.
Sejatinya, penemuan ini
bukanlah hal baru, karena secara logika, suami yang dengan rendah hati
membantu pekerjaan istrinya pastilah lebih dicintai oleh istrinya.
Tentunya, ini memiliki hubungan erat dengan keromantisan suami-istri
dalam bercinta.
Sebaliknya, istri yang peduli dengan pekerjaan suami, pun akan mengalami hal yang sama.
Nah, bagaimana dengan diri Anda, wahai Saudaraku?
Semoga berbahagia, dan hubungan Anda berdua semakin romantis dan harmonis.
http://www.mamanpercetakan.blogspot.com
http://www.mamanpercetakan.blogspot.com